Sebaik-baiknya persiapan (untuk jodoh menikah atau jodoh ajal (kematian) ?)

 Sebaik-baiknya persiapan (untuk jodoh menikah atau jodoh ajal (kematian) ?)



Lebih dari 2 th yg lalu ketika aku di Jakarta utk mengurus keperluan keberangkatan perkuliahanku ke Sri Lanka, kusempatkan utk bertemu dengan teman baikku Dian, pada saat itu Dian belum menikah, kami cerita banyak hal, bahkan dia sempat meminta di doakan utk segera dipertemukan dg jodohnya. 2th yg lalu pula aku prnh membaca blog yg ditulis Dian mengenai persiapan bekal menikah atau mempersiapkan bekal ajal (kematian). Saat itu dalam benakku hanya sekedar membaca dan berlalu. Teman baikku ini memang sdh mempersiapkan bekal menikah sejak masih kuliah S1 di UGM, aku bahkan pernah diperlihatkan tabungan pernikahan dia yg fotonya sempat kubagikan di FB. Belum ada 1th aku kuliah di SL Dian memberikan kabar undangan pernikahan. Well, selamat ya mak, aku turut berbahagia, jodoh yg datang kepadamu lbh dulu adalah jodoh pernikahan, bahkan sekarang Dian sdh memiliki jagoan kecil yg kelak kl ketemu dg aku, akan memanggilku tante wkwk.


Sejak corona melanda seluruh dunia, aku kembali teringat tulisan Dian itu, hari demi hari berita kematian semakin semarak. Pun, tidak ada yg salah ketika menengok di berbagai kanal media social terutama utk mereka yg masih berstatus singlelillah atau jomblo yg menuliskan kegelisahan akan jodoh pernikahan. Aku sendiri entah knp smpai saat ini masih dilemma dan keputusan msh dibolak-balikkan oleh sang Maha Pemilik Segalanya. Sampai saking lamanya study from home, batinku berbisik menanyakan, sudahkah aku mempersiapkan sebaik-baiknya persiapan?


Menikah itu bukanlah kepastian, karena ada sebagian orang yg ternyata lbh dulu bertemu dg jodoh ajalnya (kematian) daripada jodohnya untuk menikah di dunia. Sedangkan kematian adalah suatu kepastian yg akan dialami olh siapapun yg hidup di dunia ini tanpa terkecuali. Saat aku teringat tulisan Dian. Aku menyimpulkan sendiri dg caraku untuk mempersiapkan sebaik-baiknya persiapan. Aku tdk ingin terbebani dg pertanyaan “kapan?” yg kalau diteruskan you can guess what is that, tapi adakalanya persiapan memang diperlukan. Jadi ada 3 hal yg akhirnya ku renungkan

1. Jika Tuhan mentakdirkan seseorang menikah di dunia. Dunia pernikahan bknlah happy ending dr episode kehidupan. Sebaikny tdk berekspektasi yg berlebihan mengenai pasangan dimana sesama manusia pastilah tdk ada yg sempurna dan kemantapan hati adl perkara dg diri sendiri yg akan menjalaninya, tp seseorang berhak memutuskan utk megharapkan yg terbaik bukan krn terlalu pemilih, namun mempercayakan bhw Tuhan pasti akn memberikan yg terbaik menurut-NYA yg akan dihadirkan pd wkt yg tepat. Membekali diri dg persiapan parenting, kesiapan mental yg kuat termasuk mampu mencipatakan kebahagiaan utk diri sendiri, mampu utk mandiri, juga berbenah diri menjadi versi terbaik utk diri sendiri. Setiap yg menikah pst ingin menjalani hdpnya dg yg dinanti  utk seumur hidup, tp cerita kehidupan kadang berbeda, yg bisa menggoreskan luka apalagi jika ada buah hati, jangan kira mereka tdk ikut merasakan sakit hati.

2. Jika Tuhan tidak mentakdirkan seseorang menikah di dunia. Ketika poin 1 sdh dipersiapkan dg baik berkaitan dg membekali diri dg persiapan parenting, kesiapan mental yg kuat dan mandiri. Percayalah bahwa persiapanmu dr poin 1 utk poin ke-2 tidaklah sia-sia. Tuhan lbh tau kemampuanmu, bahkan jika akhirnya Tuhan mentakdirkanmu utk sendiri, tdk perlu resah dg omongan org lain yg tidak berhak atas takdir hidup kita. Maka, jodoh pernikahan bukanlah sebuah kepastian.

3. Sedangkan jodoh dg ajal (kematian) adalah suatu kepastian. Jika sesuatu yg belum pasti sj dipersiapkan begitu matang dan detail. Sudahkah kamu mempersiapkan/berusaha menambah bekalnya utk jodoh ajal (kematian) yg hadirnya adalah suatu kepastian dan datangnya kapan saja tnp pemberitahuan? Silahkan tanyakan pd diri sendiri. Diri sendirlah yg mengetahui. Tentu sj setiap org memiliki persiapan yg berbeda, begitu jg denganku. 


Terima kasih Dian, tulisanmu menginspirasiku.

Ditulis pada 21 Agustus 2020, Peradeniya Sri Lanka

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Skripsi tentang pernikahan WNI dengan WN SL, terkait hak-hak anak

The End of My Study Journey in Sri Lanka

Kumandang takbir pertama Hari Raya Idul Adha ku di Kandy, Sri Lanka